Astrofotografi adalah salah satu teknik dalam dunia
fotografi untuk memotret Benda langit seperti
bulan,bintang,matahari,planet,nebula,komet dan lainnya. Dalam teknik
astrofotografi setiap benda atau objek langit yang akan diabadikan memiliki teknik dan settingan kamera yang berbeda-beda. Astrofotografi memiliki
peran yang sangat penting dalam dunia astronomi karena hasil foto tersebut dapat digunakan untuk penelitian atau keperluan lain.
Hampir semua kamera dengan fitur long eksposure bisa kita gunakan, bahkan sekarang dengan menggunakan kamera ponsel yang ada fitur tersebut bisa digunakan untuk astrofotografi. Untuk memulainya yang harus kita perhatikan pertama kali adalah bahwa bumi itu berputar pada porosnya sekitar ½ derajat per menit, tentu saja hal ini membuat benda langit tampak bergerak melintasi langit sepanjang malam dari arah timur ke barat. Selain itu, bulan dan planet juga memiliki rotasi mereka sendiri sehingga hari demi hari posisinya akan berubah-ubah sesuai dengan periode rotasi mereka. Untuk memotret bulan dan planet kita tidak dituntut untuk menggunakan eksposure yang lama, namun ketika kita ingin memotret benda langit yang lebih redup dari bulan dan planet maka eksposure lama itu wajib kita gunakan. Dalam kamera DSLR yang biasa kita temukan, dengan mode manual kita bisa mengatur lama eksposure 30 detik atau juga dengan bulb. Untuk memotret galaksi bimasakti misalnya, kita bisa menggunakan eksposure 30 detik dengan menempatkan kamera pada tripod. Dengan pengaturan eksposure 30 detik tidak akan begitu terlihat pergerakan bintang, namun jika kita menggunakan mode bulb dengan eksposure lebih dari 30 detik akan terlihat pergerakan bintang yang berupa garis atau sering kita sebut dengan star trail. Jika kita ingin menggunakan eksposure lebih dari 30 detik, maka dibutuhkan alat tracking bintang untuk menghindari jejak pergerakan benda langit.
Hampir semua kamera dengan fitur long eksposure bisa kita gunakan, bahkan sekarang dengan menggunakan kamera ponsel yang ada fitur tersebut bisa digunakan untuk astrofotografi. Untuk memulainya yang harus kita perhatikan pertama kali adalah bahwa bumi itu berputar pada porosnya sekitar ½ derajat per menit, tentu saja hal ini membuat benda langit tampak bergerak melintasi langit sepanjang malam dari arah timur ke barat. Selain itu, bulan dan planet juga memiliki rotasi mereka sendiri sehingga hari demi hari posisinya akan berubah-ubah sesuai dengan periode rotasi mereka. Untuk memotret bulan dan planet kita tidak dituntut untuk menggunakan eksposure yang lama, namun ketika kita ingin memotret benda langit yang lebih redup dari bulan dan planet maka eksposure lama itu wajib kita gunakan. Dalam kamera DSLR yang biasa kita temukan, dengan mode manual kita bisa mengatur lama eksposure 30 detik atau juga dengan bulb. Untuk memotret galaksi bimasakti misalnya, kita bisa menggunakan eksposure 30 detik dengan menempatkan kamera pada tripod. Dengan pengaturan eksposure 30 detik tidak akan begitu terlihat pergerakan bintang, namun jika kita menggunakan mode bulb dengan eksposure lebih dari 30 detik akan terlihat pergerakan bintang yang berupa garis atau sering kita sebut dengan star trail. Jika kita ingin menggunakan eksposure lebih dari 30 detik, maka dibutuhkan alat tracking bintang untuk menghindari jejak pergerakan benda langit.
Yang perlu diperhatikan selain pengaturan eksposure adalah pengaturan ISO,
ISO merupakan tingkat sensitifitas sensor terhadap cahaya yang diterima sensor
kamera. Dalam pengaturan ISO, semakin tinggi nilai ISO maka semakin tinggi
sensitifitas sensor terhadap cahaya yang masuk begitupun sebaliknya dengan
nilai ISO rendah maka semakin rendah sensitifitas sensor terhadap cahaya yang
diterima sensor kamera. Pengaturan ISO ini harus disesuaikan dengan lama
eksposure yang digunakan, karena biasanya nilai ISO yang terlalu tinggi akan
menghasilkan noise pada gambar. Dalam teknik Astrofotografi ISO yang biasa
digunakan antara 400,800,1250 dan 1600. Spesifikasi kamera juga sangat
berpengaruh besar dalam astrofotografi karena ada kamera yang bisa dengan
pengaturan ISO 12.800 tanpa menghasilkan Noise yang tentunya harganya juga
tidak murah.
Salain eksposure dan ISO perlu juga kita perhatikan adalah aperture
(diafragma) pada lensa yang kita gunakan yang biasa sering disebutkan (F). Banyak
beragam jenis lensa yang ada di pasaran, mulai dengan spesifikasi F/1.8 (diafragma
lebar) sampai F/16 (diafragma kecil). Untuk motret galaksi bimasakti ataupun
benda langit yang redup, akan lebih maksimal jika kita menggunakan lensa dengan
nila F nya paling kecil (diafragma lebar). Dengan diafragma yang lebar, cahaya
yang masuk ke sensor kamera akan lebih maksimal tentunya.
Berikut adalah hasil dari Astrofotografi yang
berhasil diabadikan dari kota Yogyakarta dengan menggunakan Kamera DSLR Nikon D5200
Foto 1
Foto ini diambil dari 2 frame yang kemudian digabungkan menjadi 1 untuk memperlihatkan bentangan galaksi Bimasakti yang panjang. Teknik lain yang bisa digunakan untuk menunjukkan bentangan galaksi bimasakti adalah dengan menggunakan lensa wide.
x
x
Foto 2
Foto 3
Foto 4
Foto 2,3 dan 4 diambil dibawah lampu penerangan jalan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari polusi cahaya lampu terhadap intensitas cahaya benda langit. Dari sini bisa kita lihat bahwa cahaya lampu sangat berpengaruh, oleh karena itu dibutuhkan tempat yang cukup gelap untuk mengabadikan benda langit, khususnya benda langit yang intensitas cahayanya redup.
Foto 5
Foto 5 ini diambil di Gunung Api Purba Nglanggeran Wonosari. Foto ini diambil saat mencoba ekspedisi kondisi langit di puncak gunung api purba nglanggeran.
Foto 6
Foto 7
Foto 8
Foto 6,7 dan 8 diambil di markas Merapi Observatory, foto 6 adalah foto bimasakti yang diabadikan saat musim kemarau sedangkan foto 7 dan 8 terlihat rasi Orion yang diabadikan saat musim penghujan.
Foto 9
Foto ini adalah gugusan bintang yang disebut Pleiades atau Mesier 45 (M45), sering juga orang menyebut gugus kartika. Foto ini diambil di pinggir pantai dengan metode stacking, yaitu dengan mengambil banyak foto kemudian ditumpuk. begitupun foto dibawah ini juga menggunakan metode yang sama
Foto 12
Foto 13
Foto Galaksi Bimasakti diatas candi ijo, diambil saat mengikuti Star Party yang diselenggarakan oleh komunitas Jogja Astro Club beberapa tahun yang lalu.
Foto 13
Galaksi Andromeda adalah galaksi yang terlihat di langit bagian utara. galaksi ini berhasil diabadikan dengan lensa 105mm
Foto 14
Foto ini adalah foto dari comet c/2014 (lovejoy) yang berhasil diabadikan beberapa tahun yang lalu, tidak mudah untu mencari dimana letak komet ini. Dengan menggunakan software Stellarium yang sudah diupdate databasenya, kita bisa dengan mudah mencari dimana posisi dari komet ini.
Foto 15
Comet C/2014 (Lovejoy) yang diabadikan menggunakan Teleskop di JAC.















No comments:
Post a Comment